HANYA KEPADA SENJA
by Wisnu Pamungkas Cintaku pada senja, melebihi keigintahuanku pada apa pun di dunia. Senja yang selalu merah, membiaskan warna saga di cakrawala.
Showing posts from 2008Show all
.JPG)
Orang-orang Sekarat di Ruang Gawat Darurat
by: A. Alexander Mering Seorang ibu muda berkerudung hijau lumut tergopoh-gopoh menggendong bayi. Bocah itu menangis tak mahu berhenti. Wajahnya …
Dunia Utopia
by A. Alexander Mering Kiranya dunia kita memang sangat berbeda. Lapis atmosfer di atasnya adalah jarak yang bahkan tak bisa dihitung dengan rumus ma…
Laptop in Memoriam
By A. Alexander Mering Sebuah Mobil kijang silver berhenti persis di belokan pertama, depan Bandara Supadio Pontianak. Mesinnya tak dipadamkan. Berri…
Narasi Telinga
By Wisnu Pamungkas Periksa satu telinga maka akan kau temukan talas mengeras tradisi yang diwariskan lisan meluruk menjadi hujan dan kemenyan tanpa t…
Narasi Telinga
By Wisnu Pamungkas Periksa satu telinga maka akan kau temukan talas mengeras tradisi yang diwariskan lisan meluruk menjadi hujan dan kemenyan tanpa t…
Cita-cita Seekor Anjing Kurap
Sumber: http://www.go-self-sufficient.com/ By: Wisnu Pamungkas Sejak dilahirkan di ujung kampung kami, seekor anjing kurap bercita-cita menjadi manus…
Sarawak dalam Secebis Gerimis
by: Wisnu Pamungkas Gerimis pagi di tempat ini, seperti tirai mutiara raksasa dari timur yang menghampar dari langit ke bumi. Warnanya yang basah-lin…
MATI
by Mering Mengapa takut mati? Bukankah kematian adalah ritus tertinggi bagi tiap mahluk. Migrasi spiritual paling sakral yang pernah dikenal manusia …
Gambar Ruru dari Lindu atawa Sebungkus Kado Kemerdekaan untuk Ayah
By A. Alexander Mering Sebuah bungkusan biru muda bunga-bunga teronggok di meja komputer. Aku yang mengucek-ngucek mata karena baru terjaga jadi ter…
SINGKAWANG
by Wisnu Pamungkas seharusnya, tak kukisahkan lagi padamu tentang kubur terkukur, toko kelontong dan vihara yang terapung di antara delta, bukit-buki…
Sang Pemotret Hujan
Ilustrasi By Wisnu Pamungkas Semenjak di PHK dari pekerjaan lama, saya nyaris tiada kesibukan. Satu-satunya pekerjaan yang saya tekuni hingga sekaran…
Indonesia: Panas, Pedas dan Dangdut
by A. Alexander Mering Suatu sore, seekor tikus berteriak-teriak panik. Dengan wajah pucat ia melompat ke kandang ayam. “Yam…, ayam, tolong saya. Itu…
Completely Update and Revised: Elemen ke 10 Jurnalisme
by A.Alexander Mering Elemen Jurnalisme bertambah! Dari 9 saja, bertambah menjadi 10 elemen! Kedatangan mas Andreas Harsono ke Pontianak 21 Mei lalu…
Migrasi Laptop dan Secanting Beras
by A.Alexander Mering Pertemuan saya dengan Anika Koeniq berikutnya di Orchadz Hotel dalam sebuah acara launching buku membuat saya terus tersenyum-s…
Wanita Berambut Emas
(Aku, Buku, Kampung dan Persahabatan) By A. Alexander Mering Walau baru pukul 10 pagi, udara dalam ruangan mulai panas. Seorang peserta nekat menyala…
Hadiah dari Bill Kovach
by A.Alexander Mering Meski kepala masih sakit, siang tadi aku nekad melompat ke sepeda motor dan langsung tancap gas ke kantor pos di Jalan Sutan Sy…
Cara Pulang
by Wisnu Pamungkas Di terminal ini, orang-orang seperti ziarah sebuah musim yang timbul-tenggelam dalam pusaran waktu mengapung seperti asap tanpa tu…
CARA PULANG
by Wisnu Pamungkas Di terminal ini, orang-orang seperti ziarah sebuah musim yang timbul-tenggelam dalam pusaran waktu mengapung seperti asap tanpa tu…
Musik Pada Suatu Malam
Catatan Perjalanan (4) by A.Alexander Mering Di tempat ini musik seakan punya tangan. Menarik-narik perasaan untuk bergerak. Apalagi di sini musik be…
Memotret Bulan di Negeri Gajah Putih
Sebuah catatan (3) by A.Alexander Mering Bangun pagi aku menghadap jendela yang terbuka. Di luar masih gelap, hanya ada bulan pucat seperti sebuah l…
Makan di Antara Bunga dan Bau Dupa
Sebuah Catatan (2) by A. Alexander Mering Kami makan dikelilingi bunga. Dari puring yang biasa tumbuh di kuburan hingga anggrek bulan di kiri kanan, …
Tiga Jam di KLIA
Sebuah Catatan (1) by A. Alexander Mering KLIA -Di Kuala Lumpur International Airport seorang balita sibuk menggigit benang yang menjuntai-juntai da…
Soeharto, Kalbar dan Kisah Bendera
by A.Alexander Mering Seminggu sebelum suharto mangkat, saya menulis artikel berjudul Geger Paman Gober. Artikel itu pendek dan ditulis tergesa-gesa …
Membaca Wajah Kita dari Negeri Tetangga
by A.Alexander Mering Menulis tentang negeri sendiri dari tempat ini terasa menyedihkan. Tempat di mana kita menggaruk kepingan sejarah tanah kelahir…
